Mari Belajar Membangun Peradaban Bersama Keluarga

Februari 09, 2018

Membangun peradabaan hendaklah berawal dari dalam rumah sebagai pondasi sebuah bangunan peradaban. Suami dan istri yang diberi amanah anak-anak selayaknya menjalankan sungguh-sungguh tugas utama sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan. " Mendidik anak-anak sesuai dengan kehendakNya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita".

Setiap manusia yang dihadirkan ke bumi ini sudah dilengkapi dengan "misi spesifiknya". Sekarang tugasnya adalah memahami kehendakNya dengan cara menemukan potensi unik masing-masing anggota keluarga.

Belajar menemukan potensi unik pada Suami

"Coba ingat-ingat mengapa dulu memilih dia sebagai suami? Apa yang membuat kita jatuh cinta pada suami? Apakah saat ini masih bangga pada nya?"

Tugas nya kali ini adalah membuat surat cinta kepada suami dan jatuh cinta kembali padanya, melihat bagaimana respon suami setelah itu.

* Sambil menulis surat cinta ini air mata saya jatuh, mengingat betapa dia yang dipilihkan Allah untuk melengkapi separuh dari agama saya,, saya baru sadar ketika menuliskan kebaikan demi kebaikan yang suami lakukan begitu mempesona saya setiap hari ini, Masyaallah. Jikalaulah saya tidak mengingat ingat nya kembali dan menuliskan nya niscaya berbagai kebaikannya itu akan menguap dengan sikap kekanak kanakan saya.

Mata suami yang berbinar saat membaca surat cinta itu, dan dia tidak menyadari kalau sudah berbuat yang seperti saya tuliskan. Ahh Sayang ,,itulah kamu selalu melupakan kebaikan yang kamu lakukan tanpa minta balasan. Suami pun mengucapkan terimakasih dan meminta diingatkan kalau beliau ada kesalahan.


Belajar menemukan potensi unik anak-anak kita

Lihatlah anak-anak kita, mereka luar biasa. Mengapa rahim kita yang dipilih untuk tempat bertumbuhnya janin anak-anak hebat yang sekarang bersama kita? Mengapa kita dipercaya untuk menerima amanah anak-anak ini? Apa misi spesifik Allah menghadirkan anak-anak ini ada dalam rumah kita?'

Tugas nya melihat anak-anak kita dan menuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing

* Anak pertama saya Ziya (4,3yo) seorang anak yang perasa, cepat sekali mengeluarkan air mata jika melihat atau merasakan sesuatu yang mengiris hati nya. Misal Ziya melihat berita tentang anak-anak korban Boom di Suriah, dia akan minta diganti chanel TV bukan karena dia tidak suka berita nya tapi karena dia sedih melihat anak-anak korban Boom itu ini terbukti dengan genangan air mata yang mencoba dia tahan untuk keluar. Pemikirannya kritis dan suka menganalisa, beberapa hari lalu dia bertanya tentang temannya yang tidak pernah ke mesjid, temannya adalah seorang yang beragama nasrani, Ziya belum pernah memang saya beritahu tentang perbedaan agama karena menurut saya terlalu dini diumur nya yang sekarang juga saya pun belum menemukan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan hal itu. Tapi karena anak nya sedang melakukan analisa pada teman-temannya jadilah saya dengan mudah bisa menjelaskan nya. Alhamdulillah.
Dia pun selalu memudahkan urusan saya, jika rebutan mainan dengan adik, Ziya duluan yang akan berkorban tanpa saya minta. Terkadang saya bertanya kembali pada nya " Teteh Ziya beneran mau kasih barang itu sama adik? kalau teteh ga mau ga apa apa, kan itu milik teteh. Dia pun menjawab : " Ga pa pa Bunda, Teteh kasih aja sama adik".Alhamdulillah
Ziya juga anak yang senang berbagi, tidak segan meminjami mainan dan  membagi makanan yang dia punya pada adik, teman-teman, bahkan menawarkan pada orang yang lebih tua jika orang itu dikenalnya. Masyaallah sayang Bunda bangga memiliki mu.

*Anak kedua saya Zaltan (2,11yo)  anak aktif ini selalu mewarnai hari saya dengan beragam rasa, dari sedih hingga bahagia. Dia yang tidak bisa lama lama duduk diam, tapi sangat cerdas. Saya mengajarkan Teteh nya tapi dia yang lebih dulu hafal pelajaran yang saya beri ke Ziya. Masyaallah. Hobi menunggui saya masak sambil bertanya apa ini dan itu. Dan iya saya berdecak kagum waktu meminta tolong dia mengambilkan jahe & sereh, ternyata dia mengambilkan barang yang benar. Jadi malu sendiri saya, karena Bunda nya ini tau bumbu dapur pada saat belajar masak setelah menikah. Tidak suka melihat saya diam karena marah, anak ini selalu merayu saya untuk bisa berbicara pada nya. Walaupun permintaannya tidak serta merta saya penuhi karena saya takut kalau sedang emosi malah mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Maafkan Bunda Sayang, Bunda selalu bangga pada mu.

Belajar menemukan potensi unik pada diri kita

" Mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Sampai kita berjodoh dengan laki-laki yang menjadi suami kita sekarang? Apa pesan rahasia Allah?"

Tugasnya adalah melihat diri kita, silahkan cari kekuatan potensi diri anda. Kemudian tenggok kembali anak-anak anda. silahkan baca kehendak Allah, mengapa anda dihadirkan dengan tantangan keluarga yang luar biasa seperti ini. Apa misi hidup rahasiaNya sehingga kita diberi ujian tetapi diberikan bekal kekuatan potensi yang kita miliki.

* Saya termasuk orang yang perasa jadi saya tau benar bagaimana menghadapi Ziya, sikap saya yang lembut bisa mengimbangi pripadi suami yang teramat tegas, juga bisa lebih meredam amarah jika berhadapan dengan Zaltan. Saya suka membuat rencana untuk dilakukan esok hari, seperti menu masakan, kegiatan bersama anak, obrolan dengan suami. Menurut saya ini membantu saya untuk tidak mati gaya menjalani hari sebagai Ibu dirumah dan tidak mudah bosan dengan hal-hal sama yang setiap hari dilakukan. Walaupun ada saja rencana yang tidak sesuai dikarenakan anak-anak yang masih kecil dan belum bisa menuruti aturan. Tapi saya bersyukur  rencana ini cukup membantu.

Belajar bermanfaat untuk lingkungan sekitar

Tugasnya adalah lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada didepan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?

* Lingkungan sekitar kami menurut saya kurang kondusif untuk saya jika terlalu melepaskan anak-anak saya kelingkunagn sekitar. Menurut hemat saya karena para orang tua yang masih menerapkan cara mengurus anak secara turun temurun jadi bertolak belakang dengan cara saya mengurus dan mengajar anak-anak yang berkiblat pada ilmu parenting . Setiap hari saya berusaha untuk menerapkan ilmu itu dalam mengurus dan mengajarkan anak-anak, sehingga bisa dilihat manfaat nya oleh lingkungan sekitar dan ada Ibu-ibu yang mulai bertanya bagaimana cara saya mengajarkan anak-anak saya. Meskipun lebih banyak lagi yang mencibir. Alhamdulillah semoga saya terlindung dari sikap ujub. Saya bersyukur memiliki suami yang mendukung saya. Sedangkan suami yang amat sangat hobi dan suka sekali pada sepak bola mulai mengajarkan anak-anak dilingkungan bermain sepak bola dibantu oleh beberapa rekan juga tetangga yang berhobi sama. Beliau semangat sekali mengajarkan anak-anak, saya bertanya kenapa sesemangat ini, beliau bilang bahwa beliau dulu sedari kecil senang bermain bola tapi tidak punya wadah untuk belajar dan orang tua yang kurang mendukung penuh akan kesenangan nya bermain bola. Sekarang berbekal sedikit ilmu sepak bola yang beliau dapat secara otodidak dari berbagai turnament sepak bola yang dia ikuti dan juga beliau dinilai sebagai striker terbaik beliau memberikan wadah belajar sepak bola bagi anak-anak lingkungan sekitar. Semoga bermanfaat dan diganjar pahala oleh Allah. Amin.


#PutriPamelia
#NHW_3
#KuliahMatrikulasiBatch5


You Might Also Like

0 komentar